Minggu, 21 Oktober 2007

Ibu yang Ustadzah

“Dulunya aku sebatang kayu, kemudian menjadi umpan perapian. Tapi kemudian aku diselamatkan oleh kesabaran dan kebaikan, seperti halnya aku disesatkan oleh kekerasan. Kebaikan itu berkata kepadaku dengan tenang setelah aku tertangkap karena mencuri hartanya yang paling berharga, “Kawanku, sebelum Anda pergi, tempat lilin ini adalah milik Anda, ambilah..! Jean Valjean, Saudaraku, Anda tidak lagi menjadi milik kejahatan, melainkan menjadi milik kebaikan. Jiwamulah yang kubeli untukmu dengan perak itu. Aku mencabutnya dari pikiran gelap dan dari semangat membalas dendam, lalu kuserahkan pada Tuhan.”

Apa siiH artinya?


Lookin at my watch, waiting for some friends, “Where are they anyway?”. Its already the time to come in to the class. Somebody take a seat beside me (menyisakan satu bangku kosong).

I was just about to go when he asked “Sundari, cita-cita kamu apa?”.
“Jadi penyanyi!” jawabku angkuh.

And I was about to go again, feel uncomfortable beside him, again, he said “Nggak apa-apa sih, cita-citamu jadi penyanyi, tapi ingat kamu itu seorang perempuan. Kamu adalah calon ibu, maka jadilah ibu yang ustadzah”.

Aku melongo, lama.

Dengan segala atribut kesombongan anak kelas 2 SMA yang kukenakan, orang yang baru saja bertanya dalam potongan kisah tersebut adalah mahasiswa FK UNPAD yang hampir saya labrak minggu lalu, karena ia telah berani-beranu mengingatkan seorang guru les bahasa Inggris “Anda harus banyak-banyak mengingat Tuhan..”. Sok suci banget sih!

Saya beserta jajaran ‘genk’ saya saat itu, nggak dia banget deh! Amit-amit yang namanya dekat dengan dia, makanya saya juga males waktu tiba-tiba ia mengajak saya bicara.

Namun hari itu, ia merubah pandangan saya terhadap beliau. Kata-katanya memberi kesadaran baru yang belum pernah terpikir oleh saya.

”Ibu yang ustadzah”,,sebuah cita-cita yang terdengar agung saat pertama kali saya mencenungkannya. Mulia, bersahaja. Pertama kalinya dalam hidup, saya memiliki impian.

Saya belum sempat mengucapkan terimakasih pada beliau, sesudah hari itu saya sibuk dan lambat menyelami makna. Saya tidak meneruskan les setelah gagal naik ke tingkat selanjutnya. Hehehe.

2 komentar:

zsa-zsek mengatakan...

“Dulunya aku sebatang kayu, kemudian menjadi umpan perapian. Tapi kemudian aku diselamatkan oleh kesabaran dan kebaikan, seperti halnya aku disesatkan oleh kekerasan. Kebaikan itu berkata kepadaku dengan tenang setelah aku tertangkap karena mencuri hartanya yang paling berharga, “Kawanku, sebelum Anda pergi, tempat lilin ini adalah milik Anda, ambilah..! Jean Valjean, Saudaraku, Anda tidak lagi menjadi milik kejahatan, melainkan menjadi milik kebaikan. Jiwamulah yang kubeli untukmu dengan perak itu. Aku mencabutnya dari pikiran gelap dan dari semangat membalas dendam, lalu kuserahkan pada Tuhan.”


mungkin artinya :
kebaikan dan kesesatan adalah 2 hal yang bertarung memperebutkan kita.
ketika kita berhasil memenangkan kebaikan, maka sesungguhnya kita sangat beruntung.
maka kebaikan memberikan kita HADIAH yang tak ternilai. dan itulah pahala. krn kata ALLAH SWT kebaikan yang kita lakukan itu adalah untuk kita sendiri
wallahu'alam

Anggit Saputra Dwipramana mengatakan...

punteun posting sebelumny dr saya juga, ini sy posting lagi

Dulunya aku sebatang kayu, kemudian menjadi umpan perapian. Tapi kemudian aku diselamatkan oleh kesabaran dan kebaikan, seperti halnya aku disesatkan oleh kekerasan. Kebaikan itu berkata kepadaku dengan tenang setelah aku tertangkap karena mencuri hartanya yang paling berharga, “Kawanku, sebelum Anda pergi, tempat lilin ini adalah milik Anda, ambilah..! Jean Valjean, Saudaraku, Anda tidak lagi menjadi milik kejahatan, melainkan menjadi milik kebaikan. Jiwamulah yang kubeli untukmu dengan perak itu. Aku mencabutnya dari pikiran gelap dan dari semangat membalas dendam, lalu kuserahkan pada Tuhan.”


mungkin artinya :
kebaikan dan kesesatan adalah 2 hal yang bertarung memperebutkan kita.
ketika kita berhasil memenangkan kebaikan, maka sesungguhnya kita sangat beruntung.
maka kebaikan memberikan kita HADIAH yang tak ternilai. dan itulah pahala. krn kata ALLAH SWT kebaikan yang kita lakukan itu adalah untuk kita sendiri
wallahu'alam