Minggu, 21 Oktober 2007

Ivonny Riddley

Assalamu’alaykum warahamtullahi wabarakatuh!

Abdi pangestu, aur tum (basa India, artinya dan kamu)?

Hai teman-teman! Tau ciri khas saya? Plesetan dari sebuah lagu anak-anak,,
”,,,satu mulut saya,,tidak berenti ngomong!!”. Hehehe,,kalo kata Kahimku dan seorang mantan presiden K-KM ”Kamu tuh cerewet banget siih! Lugas, ceplas, ceplos,,ada pengantarnyalah,,”. Begitu bagun tidur, ayahku langsung menghampiriku ”Jadi gimana, Ndar?” hehehe,,kebiasaan, saya brenti ngomong kalo pas tidur aja, bangun tidur aja udah ada yang mau dikatakan lagi. I have so many story, i dunno! Segala hal dapat menjadi cerita yang mengundang tawa, hal kecil sekalipun!

”Teu rame euy, nteu aya Mba mah” kata adikku,,

Panggil saya Ai saja,,(panggil saya kartini saja?). I have so many nickname actually, they are Nde, Ai, Ndari, Dar, Eko, eN, Sun, Sun-sun, sok mangga –lah dipilih wae.

Do u have any idol? I do have. Anyone of u heard this name? Ivonny Riddley. Her book is launched “Dari Taliban Menuju Iman”. Bukunya bagus deh, agak menampar-nampar.

Ivonny adalah seorang wartawati Inggris ternama, yang sering bertugas ke daerah perang, seperti Palestina, Israel, Afghanistan, alhamdulillah beliau selalu selamat. Beliau memilki seorang anak, bernama Daisy. Tidak seperti ayah dan ibunya, yang muslim, Daisy memilki kepercayaan lain.

Tahu siapa ayah Diasy? Seorang pejuang PLO (Palestine Liberation Organization), namun Ivonny dan ayah Daisy tidak pernah menikah. Mereka hidup bersama beberapa tahun, kurang dari 6 tahun, lalu berpisah rumah.

Hidayah datang pada Ivonny saat ia tertangkap menyelundup ke Afghanistan, di penjara Taliban, selama 10 hari, menghisap rokok demi rokok, takut mati akibat kebaikan dari pelayanan penjara rezim paling kejam di mata Amerika.

Suatu hari seorang Ulama memasuki sel-nya, mengelus rambut Ivonny dalam diam sementara bulir-bulir hangat mengalir dari mata Ivonny. Dia rindu putri semata wayangnya.

Saat mendapati kenyataan hubungannya dan Daoud berbuah kehamilan, wanita karir seperti Ivonny langsung stress. Ia meminta putus hubungan selama beberapa waktu dengan Daoud dan Ivonny langsung menelepon dokter langganannya. ”Lebih baik mati daripada harus melahirkan bayi ini” ujarnya. Aborsi, satu-satunya jalan yang tergambar di benakknya.

Ada satu hal kurang saya pahami disini, kenapa dokternya berkata ”Ini kesempatan terakhir Anda dapat melahirkan Ivonny, usiamu kini 33 tahun”. Tetangga saya saja, usiannya 60 tahun dan melahirkan anaknya dengan selamat. Ada apa dengan wanita Inggris?

Namun kemudian, setelah b erjumpa dengan banyak wanita yang meliki kesibukan berlipat dengan rumah tangga yang parah, Ivonny termotivasi untuk,,”Persetan! Mungkin Aku bukan ibu terbaik,, namun aku akan melahirkan anak ini”. Alhamdulillah, thank u Allah.

Setelah keluar dari Taliban, Ivonny berkata ”Aku bersyukur karena Aku dipenjara di rezim paling kejam di dunia dan bukan di penjarakan di guantanamo”. Jauh dari kekejaman yang ia dapat, namun garis tegas, inilah Islam yang menegakkan kebenaran.

Sesuai janjinya pada ulama, ia mencari tahu tentang Islam, and soon be a mualaf. Kekuatan kata-kata yang membuat Ivonny menyegerakan diri menjadi muslim, telepon berdering “Selamat bergabung di persaudaraan terbesar di muka bumi” ucap seorang ulama, padanya. Ivonny menjawab “Jangan terburu-buru, saya sedang belajar, belum menjadi muslim”. ”Bagaimana jika esok, ketika Anda keluar rumah, terjadi hal buruk pada Anda sedang Anda belum masuk Islam?”. Akhirnya Ivonny pun tiada menunda-nunda lagi.

“Saya biasa memulai hari saya dengan daging babi, lalu bagaimana ketika saya sudah menjadi muslim sedang itu haram?namun saya dapati ketika sudah berhijrah, hal tersebut bukanlah sebuah masalah”. Tegasnya.

“Maka,,tiada yang dapat menghentikkan ketika hidayah itu datang,,”.

Lihatlah masa lalunya, apa yang akankah kita gunjingkan? TIDAK! Bukan itu yang saya lihat. Dalam dua tahun, ia menyerang balik Tony Blair, dan menuliskan sebuah kolom di New York News yang mengkritisi Bush dengan Lugas.

Kini, dalam pidatonya yang saya baca, Ivonny berkata ”Kitalah yang wajib mengajarkan kepada anak-anak kita bahwa kita tidak boleh takut, kecuali hanya pada Allah saja”.

Andai saya berkesempatan bertemu dengannya. Mungkin ketika saya sudah menjadi Dubes atau Pemimpin bangsa ini, saya akan banyak berdiskusi dengan beliau.




Raihlah bintang setinggi langit, walau harus berdiri di atas sebatang pohon kaktus

Tidak ada komentar: