Minggu, 21 Oktober 2007

Jangan Lupakan sebuah kenangan yang berarti

19 oktober 2007
---------------------

Jangan Lupakan sebuah kenangan yang berarti, karena orang yang sudah meniggal hanya dapat hidup dalam kenangan seseorang (Taken from detective Conan).

Saya merinding begitu saja, ketika seorang teteh menyinggung tentang tanggal 23 Ramadhan. Sudah berlalu, namun kesan yang tertinggal mampu menyulut spirit banyak tunas bangsa.

ITB berduka, begitulah, tiga tahun lalu. Kematian seorang aktivis yang melahirkan aktivis-aktivis baru dengan percepatan yang dasyat. Saat ini, sosok seperti almarhum, dimana ya?

Ya. Terkadang pahit, sesak, pilu, mengenang sesuatu, namun itulah,, there is sumthin good that we could learn from such a memory.

Saat itu saya sedang menghadiri acara PELITA, agenda kemuslimahan KM3. Kaki ini berlari-lari menuju study hall selepas dari comlabs, an invitation sms-nya berbunyi “Ma,,Pa,,aku pulang”.

Bergidik. Atau tepatnya hati ini bergetar, hanya dengan kalimat tersebut. Aku ingin membawa oleh-oleh saat pulang, sekalipun tiap hari juga pulang. At least a new colour.

Saya dan sahabat saya, saat mengerjakan pe-er Teori Peluang kemarin merefresh lagi hari itu. ”Untung kita dateng ya, Ndar. Ke acara PELITA. Saya baru tahu banyak what beyond a parents dari ta’lim itu”. Saya mengangguk-angguk. Efeknya luar biasa.

That what we call hidayah, saat Allah memudahkan kita menerima segala kebenaran.

Saya adalah seorang pembangkang, pemberontak, keras kepala. Ketika saya menginginkan sesuatu, jika pun salah, akan saya lakukan. Astagfirullahaladzim! Namun saya selalu beralasan saya tidak pernah menginginkan memiliki pribadi seperti itu, saya terbentuk atas tekanan-tekanan yang saya alami sedari kecil.

Sangat iri, kepada teman-teman yang memiliki kisah yang romantis dengan orang tua mereka. Karena kisahku merupakan puzzle-puzzle luka,,,

”Ketika kita kembali ke rumah,,kita memiliki dua pilihan. Mau melayani atau bermanja-manja yang menyusahkan pada orang tua kita? Misal mau menyuguhkan senyum termanis atau begitu di depan pintu, teriak ’Ma, Aku CAPE!’ dan membanting setumpuk cucian yang dibawa ke kampung halaman?” tanya tetehnya.

”Tidak sulit, ya? Bersedekah pada orang yang telah susah payah mengasuh kita selama ini. Bulan Ramadhan niih! Pasti pahalanya juga dilipatgandakan. Dari hal-hal yang kecil saja. Ketika dibukakan pintu tumah, hadirkan senyum terindah, jangan lupa, pita-in mulutnya,,” tetehnya berkelakar, kami, pendengar, tertawa,,”Pijitin mamah atau papah, sekali-kali ateuh. Atau bisa juga, kasih bros buat mamah. Untuk yang dipesenin, sok mangga tunaikan. Belikan oleh-oleh buat orang tua kita dari Bandung”.
”Almarhum Sigit El’2001 juga adalah seseorang yang sangat berbakti pada orang tuanya. Anak laki-laki namun paling ditunggu. Kalo pulang, kata ibunya, beliau yang suka mengantar ibunya ke pasar, mijitin. Sampai ketika beliau meninggal, tertabrak truk, dibawa ke rumah sakit, ia koma. Ketika akhirnya ibunya tiba, ia hanya mengucap satu kata ’ALLAH’ lalu jiwanya, mungkin segera disambut bidadari surga. Seolah ia hanya menunggu ibunya saja.”

Berapa orangkah yang tiba-tiba bulu kuduknya berdiri kemudian membatu?
Hati siapakah yang tak tergerak akan kisah ini?

”Bayangkan, bila lebaran kali ini adalah lebaran terakhir kita dengan orang tua, seorang sahabat pada zaman Nabi yang menggendong ibunya ketika renta dan pergi haji dengan menggendong ibunya selama 40 hari itu pun baru seujung kuku. Adakah yang sudah kita beri?”

Biarkan! Biarkan pertanyaan itu menggantung seperti itu, agar aku lebih dapat menyelami maknanya. Dimana kuletkkan Allah selama ini?di sudut-sudut waktu? Dimana kisah ’mereka’ kutahtakan? Di banyak tuntutan,,

”Nah, sahabat,, apa pun jenis orang tua kita, takdir mah nggak usah di apa-apakan, tinggal diterima. Sekarang pe-er untuk teman-teman semua. Pulanglah dan ucapkan dua hal. Maaf dan Terimakasih pada orang tua kita. Silakan cicipi kedua hal tersebut dengan khusyu”.




Berhati lembut tidaklah susah. Bisa dimulai dari berusaha untuk menjadi pemaaf dan melupakan kesalahan orang lain

Tidak ada komentar: